Bermain bukan hanya sekadar aktivitas untuk bersenang-senang, tetapi juga bagian penting dari tumbuh kembang anak. Melalui permainan, anak-anak belajar mengekspresikan diri, memahami dunia sekitarnya, serta mengembangkan keterampilan sosial dan emosional. Karena itu, play therapy atau terapi bermain dianggap sebagai salah satu pendekatan mendasar dalam mencegah maupun menangani berbagai masalah yang dialami anak. Dengan menggunakan medium bermain, anak dapat mengungkapkan perasaan, pikiran, dan pengalaman yang mungkin sulit disampaikan melalui kata-kata. Pendekatan ini membantu terapis memahami dunia batin anak dan sekaligus menjadi sarana penyembuhan yang alami serta ramah bagi mereka.
Apa Itu Play Therapy dan Bagaimana Cara Kerjanya?
Play therapy atau terapi bermain adalah sebuah pendekatan psikoterapi khusus untuk anak-anak, di mana terapis “turun” ke level anak dan menggunakan bahasa yang paling mereka pahami, yaitu bermain. Bagi anak, permainan adalah sarana komunikasi utama. Jika orang dewasa terbiasa mengekspresikan pikiran dan perasaan lewat kata-kata, anak justru lebih mudah melakukannya melalui mainan, imajinasi, dan aktivitas bermain. Dalam terapi ini, mainan berfungsi layaknya “kata-kata,” dan permainan menjadi “kalimat” yang membantu anak menceritakan isi hatinya.
Lewat bermain, anak didorong untuk mengeksplorasi perasaan, memahami, serta menerima emosi yang mereka alami. Imajinasi dan kreativitas alami yang sesuai dengan tahap perkembangan mereka menjadi jembatan dalam proses ini. Dengan demikian, play therapy bukan sekadar aktivitas bermain biasa, melainkan sarana komunikasi terapeutik yang memungkinkan anak menyalurkan pikiran, pengalaman, maupun konflik batin; baik secara langsung maupun simbolis.
Permainan sendiri punya sejumlah ciri penting yang menunjukkan perannya dalam perkembangan anak. Pertama, bermain itu menyenangkan, sehingga anak merasa aman dan nyaman untuk membuka diri. Kedua, bermain membantu mengurangi kecemasan, ketakutan, maupun rasa frustrasi. Ketiga, melalui permainan, anak dapat mentransfer atau memindahkan pengalaman sehari-hari ke dalam simbol permainan, misalnya boneka yang mewakili anggota keluarga atau mainan dokter-dokteran yang menggambarkan pengalaman medis. Keempat, kemampuan anak untuk berimajinasi saat bermain erat kaitannya dengan perkembangan fungsi kognitif, termasuk berpikir, memecahkan masalah, dan berkreasi.
Dari karakteristik inilah, play therapy memiliki beberapa tujuan utama. Salah satunya adalah membantu proses sosialisasi anak, yaitu belajar berinteraksi dengan orang lain secara sehat. Selain itu, terapi ini juga menumbuhkan kreativitas serta meningkatkan kemampuan anak untuk berfungsi lebih baik dalam kesehariannya. Tujuan lain yang tak kalah penting adalah membantu anak memahami dan mengekspresikan perasaan, kesulitan, maupun konflik yang mereka alami. Di samping itu, play therapy juga berperan dalam membantu anak mengelola “ego”, bagaimana mereka memahami diri sendiri, keinginan, serta batasan yang dimiliki.
Dengan kata lain, play therapy menghadirkan ruang yang aman, menyenangkan, sekaligus bermakna bagi anak untuk tumbuh, belajar, dan sembuh. Bagi banyak anak, terapi ini bisa menjadi jendela pertama untuk mengenal dan mengelola dunia emosionalnya dengan cara yang alami.
Kebebasan Anak dalam Play Therapy dan Kecocokannya
Dalam play therapy, anak diberikan kesempatan untuk memilih sendiri apa yang ingin ia lakukan dari beragam mainan dan material, seperti pasir, tanah liat, boneka, puzzle, dan lainnya. Kebebasan ini bukan sekadar bermain tanpa arah, melainkan sarana bagi anak untuk mengekspresikan diri dengan cara yang aman dan sesuai dengan dunianya. Terapis hadir sebagai fasilitator yang mendorong anak untuk bereksperimen, berimajinasi, dan bercerita melalui permainan. Anak diperhatikan, diberi rangsangan, dan diarahkan untuk bermain dengan penuh makna.
Saat bermain, anak membangun ruang aman di mana ia bisa menghadapi sesuatu yang sulit, menakutkan, atau bahkan berbahaya, tanpa benar-benar terancam. Misalnya, melalui boneka, seorang anak bisa memainkan adegan pertengkaran keluarga yang ia saksikan, lalu menemukan cara baru untuk memproses perasaan takut atau marah. Inilah “kontrak permainan” dalam terapi bermain: Dunia imajinasi yang aman, tapi sangat nyata dalam mengungkap emosi terdalam anak.
Kecocokan Mengikuti Play Therapy
Play therapy juga sangat relevan bagi anak usia prasekolah hingga sekolah dasar, terutama mereka yang sedang berada dalam masa transisi hidup (misalnya, setelah perceraian orang tua, kehilangan orang terdekat, atau pindah sekolah. Selain itu, terapi ini juga membantu anak yang mengalami kesulitan mengelola emosi, masalah dalam bersosialisasi, atau perilaku bermasalah. Anak yang pernah menjadi saksi kekerasan dalam rumah tangga, mengalami pelecehan, akan menjalani operasi besar, atau memiliki gangguan bicara juga dapat sangat terbantu. Bahkan, play therapy terbukti bermanfaat bagi anak dengan gangguan perkembangan seperti autisme atau ADHD.
Sebagai bentuk pencegahan maupun penanganan, play therapy memberikan kesempatan unik bagi anak untuk menyembuhkan diri melalui bahasa yang paling mereka pahami: bermain. Pada akhirnya, terapi ini tidak hanya membantu anak menghadapi tantangan emosional saat ini, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan penting untuk tumbuh menjadi individu yang lebih sehat, percaya diri, dan resilien.
Untuk dapat mengenali potensimu dengan baik, kalian dapat menemukan layanan asesmen psikologi terbaik hanya di biro psikologi resmi Assessment Indonesia, mitra terpercaya untuk kebutuhan psikotes.
References
Koukourikos, K., Tsaloglidou, A., Tzeha, L., Iliadis, C., Frantzana, A., Katsimbeli, A., & Kourkouta, L. (2021). An overview of play therapy. Materia Socio Medica, 33(4), 293–297. https://doi.org/10.5455/msm.2021.33.293-297