Kebiasaan menunda-nunda pekerjaan tampaknya sudah menjadi hal yang sangat akrab dalam kehidupan mahasiswa. Tugas kuliah yang menumpuk sering kali dihadapi dengan kalimat “nanti saja” atau “masih ada waktu”. Sayangnya, kebiasaan ini lama-lama bisa menjadi pola perilaku yang sulit dikendalikan dan berdampak pada prestasi akademik. Dalam psikologi, kecenderungan ini disebut prokrastinasi akademik, yaitu perilaku menunda penyelesaian tugas walaupun seseorang sadar bahwa penundaan itu akan membawa konsekuensi negatif.
Fenomena ini tidak hanya terjadi karena malas semata, melainkan sering kali disebabkan oleh ketidakmampuan mengatur waktu, rendahnya motivasi, kurangnya kontrol diri, bahkan rasa takut gagal. Banyak mahasiswa merasa cemas bila hasil kerjanya tidak sempurna, sehingga justru menunda untuk memulainya. Pada akhirnya, penundaan ini membuat beban semakin berat dan kualitas hasil belajar menurun.
Untuk mengatasi kebiasaan ini, para ahli psikologi mengembangkan berbagai metode terapi dan konseling. Salah satu pendekatan yang terbukti efektif adalah terapi realitas (Reality Therapy), sebuah pendekatan psikologis yang menekankan tanggung jawab pribadi dalam mengambil keputusan dan bertindak. Penelitian yang dilakukan oleh Novia Solichah (2020) dari Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menunjukkan bahwa terapi realitas dapat membantu mahasiswa mengatasi prokrastinasi akademik dengan cara yang konstruktif dan realistis. Terapi ini berfokus pada pengembangan kesadaran diri, pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, serta perencanaan tindakan nyata untuk mencapai tujuan akademik.
Dalam penelitian tersebut, seorang mahasiswa yang memiliki kebiasaan menunda tugas menjalani sesi konseling berbasis terapi realitas selama sembilan pertemuan. Selama proses tersebut, mahasiswa diajak untuk memahami apa yang sebenarnya ia inginkan, meninjau arah perilaku yang sedang dijalankan, mengevaluasi efektivitas tindakannya, dan merancang strategi baru agar lebih produktif. Pendekatan ini dikenal dengan prinsip WDEP (Wants, Direction, Evaluation, Planning).
Melalui tahapan “Wants”, mahasiswa belajar mengenali keinginan dan tujuan yang ingin dicapai, seperti memperoleh nilai akademik yang baik atau menjadi pribadi yang lebih disiplin. Tahap “Direction” membantu individu menyadari arah tindakannya — apakah perilaku menunda-nunda selama ini mendukung atau justru menjauhkan dari tujuannya. Pada tahap “Evaluation”, mahasiswa diajak melakukan refleksi mendalam tentang efektivitas perilakunya, sementara tahap terakhir “Planning” berfokus pada penyusunan rencana konkret untuk berubah.
Hasilnya cukup signifikan. Setelah menjalani sembilan sesi terapi, mahasiswa menunjukkan perubahan nyata dalam cara belajar dan pengelolaan waktunya. Ia mulai membuat jadwal kegiatan yang teratur, menyalin kembali catatan pelajaran, belajar bersama teman, serta mengerjakan tugas jauh sebelum batas pengumpulan. Dosen dan teman sekelas pun melihat perubahan positif: mahasiswa tersebut tampak lebih fokus, percaya diri, dan bersemangat dalam menyelesaikan tanggung jawab akademiknya.
Terapi realitas membantu mahasiswa memahami bahwa perubahan harus dimulai dari dirinya sendiri. Dengan kesadaran bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi, seseorang belajar bertanggung jawab atas pilihannya. Pendekatan ini tidak menekankan pada rasa bersalah atas kesalahan masa lalu, tetapi pada bagaimana individu bisa memperbaiki masa kini dan mengarahkan diri menuju tujuan yang lebih baik. Lebih jauh lagi, terapi realitas tidak hanya berguna bagi mahasiswa yang mengalami prokrastinasi, tetapi juga dapat diterapkan pada berbagai masalah psikologis lain seperti rendahnya motivasi, kebingungan arah hidup, atau kesulitan mengambil keputusan.
Terapi ini membantu seseorang untuk berpikir rasional, berani menghadapi kenyataan, dan fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan. Dalam dunia pendidikan dan kerja, kemampuan mengelola diri menjadi kunci penting kesuksesan. Konseling dengan pendekatan terapi realitas memberikan pelajaran bahwa setiap individu memiliki kekuatan untuk berubah — asalkan ia mau bertanggung jawab dan berkomitmen pada tindakannya.
Apabila kamu merasa sering menunda pekerjaan, merasa tidak fokus, atau kehilangan motivasi belajar, mungkin sudah saatnya mencari bantuan profesional untuk memahami akar masalahnya. Dengan asesmen psikologis dan terapi yang tepat, kamu bisa menemukan strategi personal untuk mengatasi hambatan tersebut dan kembali produktif. Temukan layanan asesmen psikologi terbaik hanya di biro psikologi resmi Assessment Indonesia, mitra terpercaya untuk kebutuhan psikotes.
Sumber:
Solichah, N. (2020). Konseling Pendekatan Terapi Realitas untuk Mengatasi Prokrastinasi Akademik. Jurnal Penelitian Psikologi, 11(1), 9–15.